Riset ekperimen dan survei merupakan dua metode penelitian kuantitatif. Dua metode tersebut pernah mengalami kejayaan di panggung sejarah penelitian utamanya antara 1950-1960 sempat menggeser penelitian kualitatif rintisan Malinowski atau Elton Mayo, tulis Wikipedia. .Eksperimen dan survei adalah riset hypothesis testing (uji hipotesis.). William C. Levin (1991; 41-42) membedakan dua bentuk hipotesis; descriptive hiphotesis, lazim dipakai dalam riset survei, sedangkan eksperimen menggunakan causal hiphotesis (John Creswell,1994; 10-11) . Survei sering menggunakan sample sebagai representasi dari populasi sementara eksperimen menggunakan variable; dependen, independen dan variable kontrol. Eksperimen dan survei sebagai riset kuantitatif dapat dibaca juga dalam tulisan Earl Babbie, Geoffrey Keppel, Morton Arkava dan Thomas A. Lane.
Clifford J. Drew (1984; 33) menyatakan bahwa riset eksperimen punya sejarah yang lama dan kaya karena digunakan oleh berbagai disiplin, obat-obatan, pertanian dan psikologi. adalah Ronald A. Fischer, figur yang disebut sebagai bapak riset eksperimen untuk disiplin ilmu-ilmu social (social scienes) karena karya-karyanya yang muncul pada awal-awal abad 20. Karyanya diterbitkan mulai 1925, 26 dan 35. Figur lain dengan disiplin berbeda adalah Mc Call dengan karya tulisnya dalam disiplin pendidikan. Dalam perkembangannya, beberapa sarjana lain menggunakan karya Mc Call untuk riset biologi, obat-obatan. Namun harus diakui bahwa tidak semua disiplin dikaitkan dengan riset eksperimental .
Riset eksperimen: ciri-cirinya
Jika kita memperhatikan lebih seksama tulisan Clifford J. Drew, maka secara implisit tulisannya tersebut memberikan penjelasan tentang cirri-ciri riset eksperimen. Ciri-ciri riset eksperimen sbb,
1. Riset eksperimen selalu dikaitkan dengan laboratorium; sebuah sarana untuk melakukan eksperimen. Dengan laboratorium, peneliti dapat melakukan kontrol secara tepat tentang ada ataukah tidak ada pengaruh luar yang bisa merusak hasil uji eksperimen. Jika kontrol ini berjalan dengan sempurna (bahwa diyakini tidak ada pengaruh luar yang mengganggu) maka perubahan yang terjadi melalui uji eksperimen diyakini hanya disebabkan oleh satu variable yang sejak dini disiapkan peneliti. Karena hanya membatasi diri pada uji satu variable, maka riset jenis ini bersifat manipulatif.
2. Dengan riset eksperimen, peneliti secara jelas dapat dapat dipastikan bahwa hanya ada satu variabel dan satu variabel ini menjadi fokus riset eksperimen. permasalah pokok yang dihadapi peneliti dengan metode eksperimen.
3. Riset eksperimen adalah sebuah penelitian di mana peneliti sejak awal telah melakukan manipulasi dengan hanya menetapkan satu faktor sebagai variabel, demikian Creswell (1994; 117).
Di bawah ini penulis menyajikan satu contoh riset eksperimen tentang pengaruh jenis pupuk tertentu; katakanlah pupuk “z”. Melalui riset eksperimen, peneliti bertujuan memngukur pengaruh pupuk z terhadap kesuburan tanah. Pupuk z merupakan satu faktor penyebab kesuburan tanah. Maka dibuatlah satu hipotesis; jika sebidang tanah diberi pupuk z maka akan suburlah tanah tersebut. Di sini, pupuk z dapat ditempatkan sebagai varabel bebas (independen); dependen variabel adalah lahan yang dijadikan eksperimen. Peneliti memebrsihkan semua jenis pupuk dalam lahan eksperimen dan hanya memasukkan pupuk z sebagai satu satunya. Dari eksperimen ini, peneliti melakukan pengukuran (measurement) untuk mengetahui pengaruh pupuk z terhadap kesuburan tanah. Peneliti bisa membandingkan dengan lahan yang di dalamnya terdapay berbagai jenis pupuk; atau lahan yang sama sekali tidak ada pupuknya.
4. Ciri keempat dengan hanya membatasi pada satu faktor saja peneliti sejak pagi telah melakukan manipulasi data. Demikian ini memang merupakan karakteristik jenis riset eksperimen.
5. Kami ingin menambahkan satu ciri yakni tentang hipotesis. Hipotesis dalam riset eksperimen kuantitatif berangkat dari fakta dan secara langsung akan diuji melalui eksperimen. Ini berbeda dari hipotesis dalam riset kualitatif. Dalam riset kualitatif, hipotesis berangkat dari teori yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, hipotesis dilandaskan pada suatu teori tertentu. Karena itu serimg dalam rancangan riset kualitatif menggunakan istilah landasan teori; artinya teori tertentu yang dijadikan landansan merumuskan hipotesis. .Misal, seorang peneliti menguasai teori fungsi manifes dan fungsi laten. Di atas teori ini, peneliti merumuskan satu hipotesis guna membutkikan keabsahan fungsi manefies dan fungsi laten sebagai teori. Hipotesis yang dirumusaskan misalnya demikian:
-Makin sginifikan fungsi laten dalam sebuah struktur sosial, makin mendesak fungsi manifes; makin terdesak fungsi manifes dalam suatu struktur, makin membuka kemungkinan makin suburnya fungsi laten; makin subur fungsi laten makin mengancam koherensi dan mengancam tali kesatuan dan solidaritas struktur…..
Riset eksperimen baik untuk ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu sosial meliputi 3 komponen, (Earl Babbie, 1998; 233) yakni;
1. variable dependen dan independent,
2. Pre testing dan post testing
3. grup yang dijadikan eksperimen dan jenis penanganannya .
Babbie memberi beberapa contoh riset eksperimen sosial, Satu di antara contoh adalah riset tentang sikap buruk sangka (prejudise) terhadap etnis Afrika yang tinggal di USA.
Langkah riset;
Pertama, peneliti menentukan satu grup kecil yang akan menjadi obyek eksperimen yang dipastikan mereka memiliki sikap buruk sangka terhadap etnis Afrika yang tinggal di Amerika.
Kedua, Kepada grup ekspewrimen, peneliti mengekspose sejarah etnis Afrika dan sumbangsih mereka terhadap Amerika. Ekpose (paparan) dapat melalui film dokumenter atau melalui dialog dan paparan lainnya. Dalam hal ini, Babbie hanya memberi contoh pemutaran film tentang etnis Afrika-Amerika.
Ketiga, Peneliti mengukur perubahan yang terjadi pada grup eksperimen untuk menentukan apakah sikap buruk sangka mereka berkurang. Untuk mengetahuinya, maka dibuatlah perbandingkan dengan sikap para individu yang ditempatkan sebagai grup kontrol. Kelompok kontrol ini dihuni oleh para individu yang dipastikan bahwa mereka tidak memiliki sikap buruk sangka sama sekali terhadap etnis Afrika-Amerika.
Dari contoh tersebut, Babbie menjelaskan 3 komponen riset sbb,
a. Independen variabel adalah paparan tentang sumbangsih atau peran etnis Afrika bagi Amerika dalam kemajuan bidang sains, keartisan, sport
b. Variable dependen adalah sikap buruk sangka, dapat seseorang atau beberapa orang.
c. Hipotesis; kurangnya pengetahuan mereka terhadap peran dan sumbangsih etnis Afrika kepada negara yang membuat mereka buruk sangka terhadap etnis Afro-Amerika. Hipotesis ini kini diuji melalui riset eksperimen. Riset eksperimen – karena itu- disebut dengan testing hipotesis.
Secara esesnsial, riset eksperiemn adalah menguji efek dari variable independen (bahwa paparan mengenai etnis Afrika menjadi faktor penyebab menurunnya sikap buruk sangka. Secara tipikal dapat dinyatakan bahwa variable independent merupakan sebuah stimulus eksperimental. Hasil atau perubahan yang dihasilkan diukur dengan bantuan varabel control (diwakili satu grup yang berisi para subyek yang tidak memiliki sikap buruk sangka kepada etnis Afrika-Amerika.
Babbie juga memberi beberapa contoh lain, Di sini penulis turunkan satu contoh lagi riset eksperimen. Riset ini berangkat dari hipotesis; Bahwa , satu grup yang secara pasti ditengarai sebagai grup yang karakternya “lebih baik” karena mereka paling tidak sering melakukan perubahan; selanjutnya adalah grup yang ditengarai punya karakter “ada kemungkinan lebih baik”, selanjutnya adalah “grup kontrol”, selanjutnya grup yang lebih atau yang paling jelek. Grup yang terakir ini adalah grup yang mudah berubah-ubah. Kepada setiap grup ini dipaparkan beberapa jenis produk (Hp misalnya, lengkap dengan segela kelebihannya. Grup kontrol adalah grup yang memiliki tingkat kemantapan pilihan dan tidak berubah). Hipotesisnya; makin mudah sebuah grup mengubah putusan makin jelek karakternya, Makin tidak pernah mengubah pilihan menunjukkan sebuah grup itu terbaik disbanding lainnya. Hipotesis ini lalu diuji melalui riset eksperimen.
“ Reseachers hypothesized that the definitely better group would switch least aften, followed by the probabley better group, followed by the control group, followed by the definitely worse group”.
Contoh lain:
Ditengarai ada kelompok (klien) yang melakukan kekerasan terhadap anak. Hipotesis yang akan diuji, tindak kekerasan terhadap anakdapat dikurangi melalui suatu program layanan sosial. Peneliti mencari orang-orang pekerja sosial dan diwadahi dalam satu kelompok serta diberi training dengan berbagai teknik, metode dan orientasi yang nantinya akan diberi tugas melakukan treatmen terhadap para klien. Setelah melalui berkali-kali training, lalu dilakukan ujian post test untuk memastikan bahwa ketrampilan para pekerja sosial telah meningkat secara siginifikan dibanding dari sebelumnya. Dengan menugaskan para pekerja ini untuk melakukan treatmen terhadap para klien diharapkan ada perubahan sikap para klien terhadap para anak.
Dalam riset eksperieman, peneliti melakukan satu manipulasi variable independen untuk menentukan apakah manipulasi ini menjadi penyebab terhadap hasil (yakni terjadi perubahan disebabkan oleh variable independent). Peneliti melakukan test sebab-akibat sebab, secara teoritis, variable-variabel antara independen dan hasil yang diperoleh, dalam riset eksperimen, harus dikontrol, demikian Creswell (1994;117) . Dari uraian ringkas di atas dapat dinyatakan bahwa sifat manipulatif memang karakter riset eksperimen. Pendekatan metodologi kuantitatif, demikian Creswell, menggunakan logika deduktif di mana teori dan hipotesis diuji dengan cara kausalitas (uji sebab-akibat). Konsep, variable dan hipotesis ditentukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan dan peneliti tidak keluar dari hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya .
Clifford J. Drew (1984; 33) menyatakan bahwa riset eksperimen punya sejarah yang lama dan kaya karena digunakan oleh berbagai disiplin, obat-obatan, pertanian dan psikologi. adalah Ronald A. Fischer, figur yang disebut sebagai bapak riset eksperimen untuk disiplin ilmu-ilmu social (social scienes) karena karya-karyanya yang muncul pada awal-awal abad 20. Karyanya diterbitkan mulai 1925, 26 dan 35. Figur lain dengan disiplin berbeda adalah Mc Call dengan karya tulisnya dalam disiplin pendidikan. Dalam perkembangannya, beberapa sarjana lain menggunakan karya Mc Call untuk riset biologi, obat-obatan. Namun harus diakui bahwa tidak semua disiplin dikaitkan dengan riset eksperimental .
Riset eksperimen: ciri-cirinya
Jika kita memperhatikan lebih seksama tulisan Clifford J. Drew, maka secara implisit tulisannya tersebut memberikan penjelasan tentang cirri-ciri riset eksperimen. Ciri-ciri riset eksperimen sbb,
1. Riset eksperimen selalu dikaitkan dengan laboratorium; sebuah sarana untuk melakukan eksperimen. Dengan laboratorium, peneliti dapat melakukan kontrol secara tepat tentang ada ataukah tidak ada pengaruh luar yang bisa merusak hasil uji eksperimen. Jika kontrol ini berjalan dengan sempurna (bahwa diyakini tidak ada pengaruh luar yang mengganggu) maka perubahan yang terjadi melalui uji eksperimen diyakini hanya disebabkan oleh satu variable yang sejak dini disiapkan peneliti. Karena hanya membatasi diri pada uji satu variable, maka riset jenis ini bersifat manipulatif.
2. Dengan riset eksperimen, peneliti secara jelas dapat dapat dipastikan bahwa hanya ada satu variabel dan satu variabel ini menjadi fokus riset eksperimen. permasalah pokok yang dihadapi peneliti dengan metode eksperimen.
3. Riset eksperimen adalah sebuah penelitian di mana peneliti sejak awal telah melakukan manipulasi dengan hanya menetapkan satu faktor sebagai variabel, demikian Creswell (1994; 117).
Di bawah ini penulis menyajikan satu contoh riset eksperimen tentang pengaruh jenis pupuk tertentu; katakanlah pupuk “z”. Melalui riset eksperimen, peneliti bertujuan memngukur pengaruh pupuk z terhadap kesuburan tanah. Pupuk z merupakan satu faktor penyebab kesuburan tanah. Maka dibuatlah satu hipotesis; jika sebidang tanah diberi pupuk z maka akan suburlah tanah tersebut. Di sini, pupuk z dapat ditempatkan sebagai varabel bebas (independen); dependen variabel adalah lahan yang dijadikan eksperimen. Peneliti memebrsihkan semua jenis pupuk dalam lahan eksperimen dan hanya memasukkan pupuk z sebagai satu satunya. Dari eksperimen ini, peneliti melakukan pengukuran (measurement) untuk mengetahui pengaruh pupuk z terhadap kesuburan tanah. Peneliti bisa membandingkan dengan lahan yang di dalamnya terdapay berbagai jenis pupuk; atau lahan yang sama sekali tidak ada pupuknya.
4. Ciri keempat dengan hanya membatasi pada satu faktor saja peneliti sejak pagi telah melakukan manipulasi data. Demikian ini memang merupakan karakteristik jenis riset eksperimen.
5. Kami ingin menambahkan satu ciri yakni tentang hipotesis. Hipotesis dalam riset eksperimen kuantitatif berangkat dari fakta dan secara langsung akan diuji melalui eksperimen. Ini berbeda dari hipotesis dalam riset kualitatif. Dalam riset kualitatif, hipotesis berangkat dari teori yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, hipotesis dilandaskan pada suatu teori tertentu. Karena itu serimg dalam rancangan riset kualitatif menggunakan istilah landasan teori; artinya teori tertentu yang dijadikan landansan merumuskan hipotesis. .Misal, seorang peneliti menguasai teori fungsi manifes dan fungsi laten. Di atas teori ini, peneliti merumuskan satu hipotesis guna membutkikan keabsahan fungsi manefies dan fungsi laten sebagai teori. Hipotesis yang dirumusaskan misalnya demikian:
-Makin sginifikan fungsi laten dalam sebuah struktur sosial, makin mendesak fungsi manifes; makin terdesak fungsi manifes dalam suatu struktur, makin membuka kemungkinan makin suburnya fungsi laten; makin subur fungsi laten makin mengancam koherensi dan mengancam tali kesatuan dan solidaritas struktur…..
Riset eksperimen baik untuk ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu sosial meliputi 3 komponen, (Earl Babbie, 1998; 233) yakni;
1. variable dependen dan independent,
2. Pre testing dan post testing
3. grup yang dijadikan eksperimen dan jenis penanganannya .
Babbie memberi beberapa contoh riset eksperimen sosial, Satu di antara contoh adalah riset tentang sikap buruk sangka (prejudise) terhadap etnis Afrika yang tinggal di USA.
Langkah riset;
Pertama, peneliti menentukan satu grup kecil yang akan menjadi obyek eksperimen yang dipastikan mereka memiliki sikap buruk sangka terhadap etnis Afrika yang tinggal di Amerika.
Kedua, Kepada grup ekspewrimen, peneliti mengekspose sejarah etnis Afrika dan sumbangsih mereka terhadap Amerika. Ekpose (paparan) dapat melalui film dokumenter atau melalui dialog dan paparan lainnya. Dalam hal ini, Babbie hanya memberi contoh pemutaran film tentang etnis Afrika-Amerika.
Ketiga, Peneliti mengukur perubahan yang terjadi pada grup eksperimen untuk menentukan apakah sikap buruk sangka mereka berkurang. Untuk mengetahuinya, maka dibuatlah perbandingkan dengan sikap para individu yang ditempatkan sebagai grup kontrol. Kelompok kontrol ini dihuni oleh para individu yang dipastikan bahwa mereka tidak memiliki sikap buruk sangka sama sekali terhadap etnis Afrika-Amerika.
Dari contoh tersebut, Babbie menjelaskan 3 komponen riset sbb,
a. Independen variabel adalah paparan tentang sumbangsih atau peran etnis Afrika bagi Amerika dalam kemajuan bidang sains, keartisan, sport
b. Variable dependen adalah sikap buruk sangka, dapat seseorang atau beberapa orang.
c. Hipotesis; kurangnya pengetahuan mereka terhadap peran dan sumbangsih etnis Afrika kepada negara yang membuat mereka buruk sangka terhadap etnis Afro-Amerika. Hipotesis ini kini diuji melalui riset eksperimen. Riset eksperimen – karena itu- disebut dengan testing hipotesis.
Secara esesnsial, riset eksperiemn adalah menguji efek dari variable independen (bahwa paparan mengenai etnis Afrika menjadi faktor penyebab menurunnya sikap buruk sangka. Secara tipikal dapat dinyatakan bahwa variable independent merupakan sebuah stimulus eksperimental. Hasil atau perubahan yang dihasilkan diukur dengan bantuan varabel control (diwakili satu grup yang berisi para subyek yang tidak memiliki sikap buruk sangka kepada etnis Afrika-Amerika.
Babbie juga memberi beberapa contoh lain, Di sini penulis turunkan satu contoh lagi riset eksperimen. Riset ini berangkat dari hipotesis; Bahwa , satu grup yang secara pasti ditengarai sebagai grup yang karakternya “lebih baik” karena mereka paling tidak sering melakukan perubahan; selanjutnya adalah grup yang ditengarai punya karakter “ada kemungkinan lebih baik”, selanjutnya adalah “grup kontrol”, selanjutnya grup yang lebih atau yang paling jelek. Grup yang terakir ini adalah grup yang mudah berubah-ubah. Kepada setiap grup ini dipaparkan beberapa jenis produk (Hp misalnya, lengkap dengan segela kelebihannya. Grup kontrol adalah grup yang memiliki tingkat kemantapan pilihan dan tidak berubah). Hipotesisnya; makin mudah sebuah grup mengubah putusan makin jelek karakternya, Makin tidak pernah mengubah pilihan menunjukkan sebuah grup itu terbaik disbanding lainnya. Hipotesis ini lalu diuji melalui riset eksperimen.
“ Reseachers hypothesized that the definitely better group would switch least aften, followed by the probabley better group, followed by the control group, followed by the definitely worse group”.
Contoh lain:
Ditengarai ada kelompok (klien) yang melakukan kekerasan terhadap anak. Hipotesis yang akan diuji, tindak kekerasan terhadap anakdapat dikurangi melalui suatu program layanan sosial. Peneliti mencari orang-orang pekerja sosial dan diwadahi dalam satu kelompok serta diberi training dengan berbagai teknik, metode dan orientasi yang nantinya akan diberi tugas melakukan treatmen terhadap para klien. Setelah melalui berkali-kali training, lalu dilakukan ujian post test untuk memastikan bahwa ketrampilan para pekerja sosial telah meningkat secara siginifikan dibanding dari sebelumnya. Dengan menugaskan para pekerja ini untuk melakukan treatmen terhadap para klien diharapkan ada perubahan sikap para klien terhadap para anak.
Dalam riset eksperieman, peneliti melakukan satu manipulasi variable independen untuk menentukan apakah manipulasi ini menjadi penyebab terhadap hasil (yakni terjadi perubahan disebabkan oleh variable independent). Peneliti melakukan test sebab-akibat sebab, secara teoritis, variable-variabel antara independen dan hasil yang diperoleh, dalam riset eksperimen, harus dikontrol, demikian Creswell (1994;117) . Dari uraian ringkas di atas dapat dinyatakan bahwa sifat manipulatif memang karakter riset eksperimen. Pendekatan metodologi kuantitatif, demikian Creswell, menggunakan logika deduktif di mana teori dan hipotesis diuji dengan cara kausalitas (uji sebab-akibat). Konsep, variable dan hipotesis ditentukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan dan peneliti tidak keluar dari hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya .
Survei
Secara tipikal, survei digunakan untuk mengumpulkan fakta dan gambaran keadaan mengenai situasi tertentu. Metode ini dinamakan juga dengan penelitian deskriptif yang berupaya mendeskripsikan kondisi-kondisi atau keadaan sesuatu; dan jika dipandang mungkin menarik kesimpulan secara umum dari fakta yang ditemukan .
Survei deskriptif umumnya memfokuskan pada mengumpulkan opini serta karakteristik obyek penelitian.. Namun Survei yang bersifat deskriptif dapat dijadikan metode evaluasi, misalnya oleh pengusaha yang bertujuan mengevaluasi respons masyarakat terhadap produk tertentu atau oleh pemerintah untuk mengevaluasi kinerja, program atau kebijakan pemerintah melalui uji hipotesis (Morton L, Arkava dan Thomas Lane, 1983; 167) Survei evaluatif sering menggunakan metode praktis, yakni uji hipotesis guna mengukur dan mengetahui secara pasti respons masyarakat terhadap kebijakan dana pendidikan dua puluh persen dari anggaran belanja pemerintah. Mungkin hipotesis yang akan diuji, rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh rendahnya anggaran untuknya. Peneliti mengambil sample dari populasi penduduk.
Survei juga digunakan untuk menemukan dan memastikn adanya hubungan antara fenomena yang berbeda. Sebuah lembaga Amerika, American Cancer Society mengadakan survei yang tujuannya menemukan apakah merokok merupakan penyebab kanker paru-paru. Pada tahun 1952, lembaga ini mensurvei 20.000 orang yang terbiasa merokok. Survei semacam ini berkelanjutan. Pada tahun 1954 lembaga ini melakukan survey kanker akibat merokok dengan fenomena kematian. Hasilnya dilaporkan, bahwa 4.5 persen dari dari jumlah perokok yang telah disurvei sebelumnya meninggal dunia akibat kanker paru-paru. Namun, suervei ini belum final, demikian Hillway (1964; 187). karena beberapa faktor lainnya tidak masuk dalam survei lembaga tersebut masih perlu pnelitian yang cermat lagi (Arkava, 1983; 189). .
Le Play melakukan suatu survei yang berkesimpulan bahwa ada hubungan antara keadan ekonomi keluarga dengan tingkat emosi dan kesuksesan sosial. Seorang penerus Le Play, Charles Booth, megadakan suvei yang bertujuan memotret kondisi kehidupan yang sebenarnya dari keluarga miskin. Fenomena sesungguhnya dari kondisi miskin ini dikaitkan dengan perlunya pemberian bantuan ekonomi apa yang tepat bagi mereka yang keadaan ekonominya tertekan. B.S. Rowntree melakukan survei yang bersifat membandingkan status para pekerja di pedesaan dengan para pekerja di kota-kota besar, demikian Arkava. .
Pada awal-awal abad 20, ada gejala metode survei mengalami peningkatan secara pesat, utamanya, pada riset ekonomi dan penelitian sosial. Di samping itu ditengarai lahirnya beberapa lembaga riset survei maupun eksperimen. Di New York ada The Experiment Bureau of Munipal Researrch (1896), Russell Sage Foundation for Social improvement lahir tahun 1907, Dua tahun berikutnya, sebuah survei perkotaan untuk pertama kalinya dikerjakan di Pittburgh oleh Paul Kellogg. Kota-kota lainnya tidak mau ketinggalan seperti suervei perkotaan Springfield, Illinois dan gerakan melakukan survey ini terus berlanjut sampai mencapai puncaknya tahun 1928 ketika hamper 3000 survei dikerjakan dibawah sponsor New York Regional Planning Commission. Kemudian menyusul survei tentang tindak kriminal dan pelanggaran hukum yang pertama-tama di wilayah Missouri dilakukan oleh para hakim Missouri. Lalu survei yang dilakukan oleh satu lembaga “Wickersham Commission tentang hal ihwal yang berkaitan dengan hukum di bawah sponsor pemerintah federal .
Survei Pendidikan (Hillway, 1964; 193) .
Periode antara Perang Dunia 1 dan 2 merupakan perkembangan yang sangat pesat penggunaan survei pendidikan. Hasil dari riset ini tentu saja bukan memecahkan problema endidikan tetapi masih seperti model deskriptif-deskriptif sebelumnya yang menggambarkan kondisi pendidikan di Amerika. Metode yang ditempuh, mengumpulkan berbagai ide dan opini lalu ditegaskan bahwa kondisi pendidikan kita amat memerlukan perubahan dan perbaikan.
Dari uraian singkat tentang eksperimen dan survei aa sejumlah masalah sosial yang tersisa tidak tergarap oleh kedua metode kuantitatif. Demikian ini karena watak ontologis dan epistemologisnya nya berada di luar jangkaun dua metode di atas. Di bawah ini beberapa contohnya;
1. Bagaimana sebuah masyarakat terorganisir secara menyeluruh atau secara holistik dapat dijelaskan. Istilah holistic, dalam tulisan Percy S. Cohen, adalah istilah yang pernah dipakai sebelum digeser atau digantikan oleh teori analisis fungsionalisme .
2. Apa unsur-unsur di dalamnya dan bagaimana unsur-unsur atau unit-nit itu berhubungan,
3. Bagaimana struktur masyarakat sekarang sesudah revolusi industri dibanding struktur di masa lalu sebelum terjadi revolusi industri?
4. bagaimana social force masyarakat dapat dijelaskan?
5. Setiap struktur pasti memiliki structural properties; bagaimana halini dapat dijelaskan?
6. Apakah ada fungsi laten lebih dominan dari fungsi manifes, dstnya.
Pertanyan-peranyaan di atas merupakan contoh watak ontologis obyek menarik untuk diteliti tetapi tidak dengan kunatitatif metode eksperimen dan survey.
7. Bagaimana perubahan sosial dijelaskan? Apakah perubahan-perubahan itu bersifat parsial atau menyeluruh? Apa pola-pola perubahan? Apa konsekwensi-konsekwensi perubahan?
8. Apakah yang harsu dijelaskan melalui penelitian mengenai pengembangan kurikulum
9. Apa yang harus dijelaskan melalui penelitian mengenai pendidikan? Apakah lembaga penyelenggaranya ataukah proses pendidikannya? Bagaimana menjelaskan jika pendidikan dipandang sebagai sistem sosial tertutup; dan bagimana jika dipandang sebagai sistem sosial yang terbuka? Bahkan sekedar menjelaskan struktur konkrit, struktur analitik, prasyarat struktural, structural properties, nilai-nilai sosial versus interes psikologis sulit rasanya jika kita menelitinya dengan mengaplikasikan pendekatan metodologi eksperimen dan survei.
Surabaya, 05-03-2010
a. khozin afandi
Referensi
Arkava L., Morton dan Lane, Thomas A., Beginning Social Work Research, (Boston, Allyn and Bacon Inc, 1983
Babbie, Earl, The Prctice of Social Research California, Wadsworth, 1998
Cohen, Percy S., Modern Social Theory, New York, The Free Press, 1967.
Creswell, John W., Research Design Qualitative & Quantitative Approach, (London, SAGE,1994)
Drew, Clifford, J., Designing and Conducting Research: Inquring in Education and Social Sciences, Boston, Allyn and Bacon, 1985
.Hillway, Introduction to Research, Boston, Houghton Mifflin, 1964
Levin, William C., Sociological Ideas, California, Wadsworth, 1991
http://en.Wikipedia.org/Wiki/Qualitative
Secara tipikal, survei digunakan untuk mengumpulkan fakta dan gambaran keadaan mengenai situasi tertentu. Metode ini dinamakan juga dengan penelitian deskriptif yang berupaya mendeskripsikan kondisi-kondisi atau keadaan sesuatu; dan jika dipandang mungkin menarik kesimpulan secara umum dari fakta yang ditemukan .
Survei deskriptif umumnya memfokuskan pada mengumpulkan opini serta karakteristik obyek penelitian.. Namun Survei yang bersifat deskriptif dapat dijadikan metode evaluasi, misalnya oleh pengusaha yang bertujuan mengevaluasi respons masyarakat terhadap produk tertentu atau oleh pemerintah untuk mengevaluasi kinerja, program atau kebijakan pemerintah melalui uji hipotesis (Morton L, Arkava dan Thomas Lane, 1983; 167) Survei evaluatif sering menggunakan metode praktis, yakni uji hipotesis guna mengukur dan mengetahui secara pasti respons masyarakat terhadap kebijakan dana pendidikan dua puluh persen dari anggaran belanja pemerintah. Mungkin hipotesis yang akan diuji, rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh rendahnya anggaran untuknya. Peneliti mengambil sample dari populasi penduduk.
Survei juga digunakan untuk menemukan dan memastikn adanya hubungan antara fenomena yang berbeda. Sebuah lembaga Amerika, American Cancer Society mengadakan survei yang tujuannya menemukan apakah merokok merupakan penyebab kanker paru-paru. Pada tahun 1952, lembaga ini mensurvei 20.000 orang yang terbiasa merokok. Survei semacam ini berkelanjutan. Pada tahun 1954 lembaga ini melakukan survey kanker akibat merokok dengan fenomena kematian. Hasilnya dilaporkan, bahwa 4.5 persen dari dari jumlah perokok yang telah disurvei sebelumnya meninggal dunia akibat kanker paru-paru. Namun, suervei ini belum final, demikian Hillway (1964; 187). karena beberapa faktor lainnya tidak masuk dalam survei lembaga tersebut masih perlu pnelitian yang cermat lagi (Arkava, 1983; 189). .
Le Play melakukan suatu survei yang berkesimpulan bahwa ada hubungan antara keadan ekonomi keluarga dengan tingkat emosi dan kesuksesan sosial. Seorang penerus Le Play, Charles Booth, megadakan suvei yang bertujuan memotret kondisi kehidupan yang sebenarnya dari keluarga miskin. Fenomena sesungguhnya dari kondisi miskin ini dikaitkan dengan perlunya pemberian bantuan ekonomi apa yang tepat bagi mereka yang keadaan ekonominya tertekan. B.S. Rowntree melakukan survei yang bersifat membandingkan status para pekerja di pedesaan dengan para pekerja di kota-kota besar, demikian Arkava. .
Pada awal-awal abad 20, ada gejala metode survei mengalami peningkatan secara pesat, utamanya, pada riset ekonomi dan penelitian sosial. Di samping itu ditengarai lahirnya beberapa lembaga riset survei maupun eksperimen. Di New York ada The Experiment Bureau of Munipal Researrch (1896), Russell Sage Foundation for Social improvement lahir tahun 1907, Dua tahun berikutnya, sebuah survei perkotaan untuk pertama kalinya dikerjakan di Pittburgh oleh Paul Kellogg. Kota-kota lainnya tidak mau ketinggalan seperti suervei perkotaan Springfield, Illinois dan gerakan melakukan survey ini terus berlanjut sampai mencapai puncaknya tahun 1928 ketika hamper 3000 survei dikerjakan dibawah sponsor New York Regional Planning Commission. Kemudian menyusul survei tentang tindak kriminal dan pelanggaran hukum yang pertama-tama di wilayah Missouri dilakukan oleh para hakim Missouri. Lalu survei yang dilakukan oleh satu lembaga “Wickersham Commission tentang hal ihwal yang berkaitan dengan hukum di bawah sponsor pemerintah federal .
Survei Pendidikan (Hillway, 1964; 193) .
Periode antara Perang Dunia 1 dan 2 merupakan perkembangan yang sangat pesat penggunaan survei pendidikan. Hasil dari riset ini tentu saja bukan memecahkan problema endidikan tetapi masih seperti model deskriptif-deskriptif sebelumnya yang menggambarkan kondisi pendidikan di Amerika. Metode yang ditempuh, mengumpulkan berbagai ide dan opini lalu ditegaskan bahwa kondisi pendidikan kita amat memerlukan perubahan dan perbaikan.
Dari uraian singkat tentang eksperimen dan survei aa sejumlah masalah sosial yang tersisa tidak tergarap oleh kedua metode kuantitatif. Demikian ini karena watak ontologis dan epistemologisnya nya berada di luar jangkaun dua metode di atas. Di bawah ini beberapa contohnya;
1. Bagaimana sebuah masyarakat terorganisir secara menyeluruh atau secara holistik dapat dijelaskan. Istilah holistic, dalam tulisan Percy S. Cohen, adalah istilah yang pernah dipakai sebelum digeser atau digantikan oleh teori analisis fungsionalisme .
2. Apa unsur-unsur di dalamnya dan bagaimana unsur-unsur atau unit-nit itu berhubungan,
3. Bagaimana struktur masyarakat sekarang sesudah revolusi industri dibanding struktur di masa lalu sebelum terjadi revolusi industri?
4. bagaimana social force masyarakat dapat dijelaskan?
5. Setiap struktur pasti memiliki structural properties; bagaimana halini dapat dijelaskan?
6. Apakah ada fungsi laten lebih dominan dari fungsi manifes, dstnya.
Pertanyan-peranyaan di atas merupakan contoh watak ontologis obyek menarik untuk diteliti tetapi tidak dengan kunatitatif metode eksperimen dan survey.
7. Bagaimana perubahan sosial dijelaskan? Apakah perubahan-perubahan itu bersifat parsial atau menyeluruh? Apa pola-pola perubahan? Apa konsekwensi-konsekwensi perubahan?
8. Apakah yang harsu dijelaskan melalui penelitian mengenai pengembangan kurikulum
9. Apa yang harus dijelaskan melalui penelitian mengenai pendidikan? Apakah lembaga penyelenggaranya ataukah proses pendidikannya? Bagaimana menjelaskan jika pendidikan dipandang sebagai sistem sosial tertutup; dan bagimana jika dipandang sebagai sistem sosial yang terbuka? Bahkan sekedar menjelaskan struktur konkrit, struktur analitik, prasyarat struktural, structural properties, nilai-nilai sosial versus interes psikologis sulit rasanya jika kita menelitinya dengan mengaplikasikan pendekatan metodologi eksperimen dan survei.
Surabaya, 05-03-2010
a. khozin afandi
Referensi
Arkava L., Morton dan Lane, Thomas A., Beginning Social Work Research, (Boston, Allyn and Bacon Inc, 1983
Babbie, Earl, The Prctice of Social Research California, Wadsworth, 1998
Cohen, Percy S., Modern Social Theory, New York, The Free Press, 1967.
Creswell, John W., Research Design Qualitative & Quantitative Approach, (London, SAGE,1994)
Drew, Clifford, J., Designing and Conducting Research: Inquring in Education and Social Sciences, Boston, Allyn and Bacon, 1985
.Hillway, Introduction to Research, Boston, Houghton Mifflin, 1964
Levin, William C., Sociological Ideas, California, Wadsworth, 1991
http://en.Wikipedia.org/Wiki/Qualitative